Translate

Pengalaman Amputasi Satu Ruas Jari Tengah Tangan Kiri

Halo para pembaca ..!!

Sebelumnya saya sebagai admin ingin meminta maaf kepada kalian para pembaca setia situs jaringan ini karena situs jaringan ini sudah lama tidak terurus karena sebuah kecelakaan kerja yang telah menimpa satu ruas salah satu jari saya.

Sesuai dengan judul artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman saya yang sangat menyeramkan, yaitu pengalaman amputasi satu ruas jari tengah tangan kiri.

Karena jari terpanjang tangan kiri saya adalah jari tengah, maka dialah yang harus menjadi korban utama dalam kecelakaan kerja ini.
Satu ruas hancur, darahnya berkucuran, kondisinya sangat mengerikan, penuh dengan lubang-lubang.
Entah kenapa saat itu sakitnya tidak begitu sangat, menurut saya sih mungkin karena sarafnya sudah hancur bersama ujung tulang jari tengah tangan kiri saya..
Tetapi karena saya begitu kaget melihat jari saya yang kondisinya waktu itu amat begitu parah, saya selalu berteriak. Bukan teriak karena sakit, melainkan karena sedih melihat nasib saya yang masih sangat muda untuk kehilangan seruas jari. (FYI: Sebelum diamputasi, saya sering main gitar & gim komputer. Jadi seruas jari ini sangat berarti bagi saya.)

Sebelum ke rumah sakit, saya diantar ke klinik terdekat terlebih dahulu karena ibu dan abang saya masih berharap untuk tidak diamputasi. Tetapi kata kliniknya amputasi saja di rumah sakit. Jleb banget dengernya harus kehilangan seruas jari yang sangat berharga.

Sesampainya di rumah sakit swasta, saya tidak langsung diamputasi, melainkan dirontgen untuk melihat kondisi tulang saya. Untuk menunggu persiapan rontgen, saya disuruh menunggu di ruang tunggu (engga ngerti lagi, kenapa pasien disuruh duduk nunggu). Alhasil setelah rontgen, hanya sedikit bagian ujung tulang jari tengah tangan kiri saya yang hancur. Di bagian ujung tulang jari terdapat saraf. Mungkin karena sarafnya sudah hancur makanya harus diamputasi.

Tidak ada pilihan lagi, amputasi segera dilakukan. Ibu saya membayar uang tunai sebesar Rp1.800.000,00. Saya diamputasi dengan tenang sembari memikirkan masa depan saya kelak tanpa seruas jari tengah tangan kiri. Saya diamputasi secara sadar.

Pada saat amputasi, tidak ada rasa sakit yang terasa sedikit pun. Hanya suntikan bius saja yang sakit.
Walaupun rasa sakitnya tidak terasa, tetapi saya masih merasakan rasanya jari saya digunting, dipotong, diambil tulangnya, ditusuk dengan jarum, dan lain sebagainya (saya sangat ngeri kalau membayangkan hal ini) tetapi saya tidak merasakan sakitnya sama sekali. Maklumlah, baru pertama kali dibius hehe.. Ibu saya tidak berani melihat proses amputasinya dan abang saya pun tidak kuat dan tidak tega melihatnya. Memang sangat seram amputasi ini. Setengah liter darah bersih saya terkuras. Di sini saya berpikir kalau saya akan anemia hahaha...

Setelah selesai proses amputasi, dokter mempersilakan saya untuk memeriksa hasilnya.

Jari tengah tangan kiri saya terlihat sangat jelek dengan 13 jahitan (8 luar 5 dalam) yang menempel di ujungnya tanpa kuku. Saya merasa kuku saya telah tergantikan oleh benang-benang  yang mengikat. Sangat berbeda rasanya dengan kuku yang asli. Dokter pun menutupi ujung jari tengah tangan kiri saya dengan perban agar tidak infeksi.

Dokter membuat surat izin saya sakit selama 3 hari dan menyuruh saya kontrol di hari ke-3, tetapi di hari ke-3 saya bersikeras untuk tetap masuk karena ada mata pelajaran guru killer saat itu. Dan saya pun sekolah dengan rasa nyeri yang bukan main.

Sepulang sekolah, saya di antar kembali ke rumah sakit. Kontrol pertama ini hanya mengganti perban saja, tetapi saya tetap kaget melihat penampakan jari saya yang sangat jelek. Dokter menyuruh kontrol kembali pada hari Selasa depan.

Ada yang aneh dengan perban kali ini, saya merasa perbannya dipasang terlalu kencang oleh dokternya. Tetapi saya biarkan saja, saya kira akan longgar nantinya.

Keesokkan harinya, saya masih merasa perbannya terlalu kencang. Saya merasa aliran darah saya tersumbat. Saya pun memutuskan untuk kembali ke rumah sakit pada malam hari untuk protes.

Perban dibuka dengan mudah oleh dokter. Dokternya pun mengatakan bahwa perbannya tidak kekencangan. Katanya, perban harus sedikit kencang agar lukanya cepat sembuh. Dia pun mengira saya hanya tidak dapat menahan rasa nyeri akibat jahitannya. Akhirnya saya pun diberi resep obat yang lebih keras agar saya tidak merasakan nyeri. Dokter pun mengingatkan kembali untuk kontrol pada hari Selasa.

Hari Selasa pun tiba lagi. Saya kembali ke rumah sakit itu pada malam hari untuk kontrol kedua. Mengapa malam hari? Karena pagi-sore saya sekolah. Kebayangkan, bagaimana mirisnya saya bersekolah dengan rasa nyeri dari pagi sampai sore.

Kontrol kali ini sudah membuka jahitan. Awalnya saya kira dibius, ternyata tidak. Rasa sakitnya pun bukan main. Bagaimana sih rasanya benang bergesekan dengan daging bagian dalam? Nyeri-nyeri sakit gitu. Karena luka belum begitu kering, dokter hanya membuka 3 jahitan luar saja. Baru 3 jahitan luar aja udah sakit bener, bagaimana nanti 5 jahitan dalam (awalnya saya kira jahitan dalam juga harus dibuka, ternyata tidak). Dokter pun menyuruh saya untuk kembali kontrol pada hari Selasa depan. 3 jahitan pun dibuka pada waktu itu tersisa 2 jahitan luar dan dokter kembali menyuruh kontrol hari Sabtu.

Kontrol kali ini berbeda dengan kontrol sebelumnya. Sebelumnya dokter mengatakan sisa 2 jahitan luar, ternyata nambah, nambah 2 jahitan lagi! Jadi 4 jahitan dibuka pada waktu itu. Pencabutan jahitan kali ini sangat berbeda dari sebelumnya. Ini lebih sakit. Darah dan nanah bercampur aduk menjadi satu hingga membentuk sebuah korengan yang cukup tebal. Semua jahitan luar pun terlepas tetapi saya belum merasa lega karena jahitan dalam yang belum hancur masih membatasi daging saya. Dengan adanya koreng tersebut, daging saya tertutupi dan membuat kulit baru di ujung jari tengah tangan kiri saya.

Setelah koreng terlepas, kulit baru pun muncul. Dan kini rasa sakit yang saya tahan selama 1 bulan lebih telah mereda. Akhirnya saya pun bersyukur atas kesembuhan saya walaupun harus kehilangan sebagian jari tengah tangan kiri saya.

aww


logoblog


Show comment(s)
Hide comment(s)

6 komentar

  1. Pengalaman yang sama dek sabar aja wkwkwk

    BalasHapus
  2. Pengalaman serupa dan posisi ampus juga sama hilang seruas lagi ya mungkin ini musibah ��

    BalasHapus
  3. Sama bang. Gw juga kena amputasi tapi 2jari , tengah sama jari manis. Gitar gw baru beli bulan lalu maklum gtar lama RUSAK. Lah sekarang. Coli aja susah bapalahi ngegitar. Nasib

    BalasHapus
  4. Dok jari tangan saya bagian tengah Kana putus dok sudah 4 Tahun dok jari saya putus dok apakah jari tangan saya dapat dia sambungkan paki jari palus
    Juga bisa dok.


    Berapakah satu jari tangan kanan bagian tengah
    Nya dok jari palsu dok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya saya ingin menginformasikan bahwa di sini saya bukan dokter. Saya hanya berbagi pengalaman saya saja.

      Saya pernah beli jari palsu yang silikon dan harganya cukup mahal bagi saya, sekitar 1 jutaan. Tetapi sekarang sudah saya buang karena tidak enak memakainya.

      Hapus
  5. wah ttp semangat bang :)

    BalasHapus

Contact (for business): hydrafre4k@gmail.com

Auto Scroll Stop Scroll